Kisah Pemulung di Mancani, Maria: Dari Sampah, Saya Sekolahkan Anakku

oleh -2701 Dilihat
oleh
Kisah Pemulung di Mancani, Maria: Dari Sampah, Saya Sekolahkan Anakku
Maria, pemulung sampah di TPA Mancani, Kota Palopo

Penulis: Eka Saptarina
Editor: Muhammad Al-Fath

MUNGKIN kita tidak pernah mengira, jika sampah sisa makanan dan sampah rumah tangga lainnya yang setiap hari kita buang, ternyata sangat bermanfaat bagi orang lain.

Dari sampah-sampah ini, sejumlah orang bisa mecukupi kehidupan sehari-hari, bahkan sampai kepada membiayai pendidikan anak-anak mereka. Begitulah sampah yang bagi banyak orang tidak mempunyai nilai, justru sangat berharga bagi sebagian orang lainnya.

Adalah Maria (48), salah seorang pemulung sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mancani, Kota Palopo, mengisahkan jika sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat hingga sampai ke TPA Mancani, sangat bernilai bagi Dia dan rekan-rekannya sesama pemulung.

Tidak kurang dari 20 tahun, Maria telah menggeluti pekerjaan sebagai pemulung sampah. “Sampah seperti botol-botol plastik, itu laku saya jual seribu lima ratus rupiah perkilonya,” kata Maria memulai perbincangan dengan kabartanaluwu.id.

Meski tidak terbilang banyak, namun penghasilan Maria sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari bagi dia bersama suami dan keenam anaknya. “Kalau lagi banyak, bisa sehari dapat 100 ribu. Tapi kalau lagi sedikit sampahnya, dua hari baru dapat sekira 100 ribu,” ujar Maria.

Selain mencari sampah plastik, Maria juga sangat senang jika mendapatkan sisa-sisa makanan. “Kalau ada sisa-sisa makanan saya dapat, saya bawa pulang juga untuk makan ternak suami saya,” katanya sembari tersenyum.

Kepada kabartanaluwu.id, Maria menyampaikan agar masyarakat bisa memisahkan sampah sisa-sisa makanan sebelum dibuang. “Kalau bisa jangan ki’ campur-campur. Apalagi kalau sisa makanan bercampur popok bayi, itu sayang sekali. Karena tidak jadi mi lagi di kasih ternak kasihan,” katanya lirih.

Maria yang tinggal tidak jauh dari TPA Mancani ini mengaku, dengan penghasilnnya sebagai pemulung dibantu suaminya, dirinya bisa menyekolahkan enam anaknya. “Kalau untuk uang sekolah kan gratis, tapi kebutuhan lainnya itu yang harus disiapkan. Dari sampah ini, saya bisa sekolahkan anakku dan penuhi keperluan lainnya,” akunya.

Baca Juga:  Ribuan Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Gelap, Sampaikan 9 Tuntutan

Di kalangan pemulung, Maria dikenal sebagai sosok yang ceria dan sering menghibur teman-temannya. “Kalau lagi kerja cari sampah, saya selalu kasih ketawa teman-teman, biar tidak merasa terbebani dengan pekerjaan ini,” katanya sambil tertawa.

Maria adalah potret kehidupan kaum kecil, yang terus berupaya bertahan hidup di sela-sela kondisi ekonomi yang terbilang pas-pasan. Mengais sampah untuk menghidupi keluarga, tanpa mengeluh. (*/)

No More Posts Available.

No more pages to load.